Gen Z Bikin Geger: Baru 2 Hari Kerja, Langsung Cuti dan Resign, Profesional atau Gegabah?

Gen Z Bikin Geger

Dua karyawan Gen Z Malaysia mengundurkan diri hanya setelah dua hari kerja dengan alasan cuaca dingin dan biaya hidup. Kasus ini memicu perdebatan soal profesionalisme generasi muda di dunia kerja.

TradeSphereFx – Mengundurkan diri dari pekerjaan merupakan keputusan besar dalam perjalanan karier seseorang. Umumnya, langkah ini diambil setelah melalui pertimbangan matang dan komunikasi yang jelas dengan pihak perusahaan. Namun, berbeda dengan kisah viral di Malaysia, di mana dua karyawan Generasi Z (Gen Z) memutuskan untuk resign hanya setelah dua hari bekerja.

Kisah ini pertama kali dibagikan oleh seorang pemberi kerja melalui platform media sosial Threads, yang kemudian menyebar luas dan mengundang banyak komentar netizen. Dalam unggahan tersebut, sang atasan menceritakan bahwa kedua staf muda tersebut tidak hanya cepat mengundurkan diri, tetapi juga sempat mengajukan cuti sakit setelah dua hari bekerja, sebelum akhirnya datang membawa surat pengunduran diri.

“Setelah masuk kerja selama dua hari, mereka berdua mengambil cuti sakit. Lalu, mereka datang menemui saya dan berkata, ‘Hai, apa kabar? Ini surat pengunduran diri kami’,” ungkap sang pemberi kerja.

Surat Resign Singkat dengan Alasan yang Menggelitik

Yang membuat kasus ini semakin menarik perhatian adalah isi surat pengunduran diri yang ditulis tangan di kertas A4. Surat tersebut hanya terdiri dari satu paragraf singkat, tanpa basa-basi panjang.

Salah satu karyawan menulis:

“Mohon terima ini sebagai pengunduran diri saya, efektif 8/9/2025. Saya menghargai waktu saya di sini, tetapi saya merasa sulit menghadapi cuaca dan biaya hidup, jadi saya rasa yang terbaik adalah pindah.”

Sementara karyawan kedua menyampaikan alasan hampir sama, yakni “cuaca dingin” dan “biaya hidup tinggi”. Dengan begitu, alasan keduanya tampak serupa, hanya berbeda redaksi.

Tak hanya itu, pengunduran diri mereka juga langsung berlaku efektif pada hari surat disampaikan, tanpa menunggu masa transisi atau persetujuan dari perusahaan.

Lokasi Perusahaan Jadi Faktor?

Menurut sang pemberi kerja, kantor mereka memang berlokasi di Genting, sebuah kawasan wisata dengan suhu rata-rata 10–25 derajat Celsius. Suhu ini dianggap cukup sejuk bagi sebagian orang, tetapi ternyata menjadi alasan bagi dua karyawan muda tersebut untuk mundur.

Namun, alasan itu dinilai tidak masuk akal oleh banyak orang. Atasan mereka bahkan membandingkannya dengan bekerja di kantor ber-AC.

“Bukankah itu sama saja dengan bekerja di kantor ber-AC?” katanya dengan nada heran.

Reaksi Netizen: Dari Kritik hingga Sindiran

Unggahan ini langsung memicu diskusi hangat di media sosial. Banyak netizen Malaysia yang merasa alasan pengunduran diri tersebut terlalu sepele. Ada yang menyarankan karyawan tersebut cukup mengenakan jaket untuk menghadapi udara dingin, alih-alih langsung resign.

Beberapa komentar netizen antara lain:

  • “Kalau dingin, pakai sweater, bukan resign.”
  • “Biaya hidup memang tinggi di mana-mana, bukan alasan untuk tinggalkan pekerjaan setelah dua hari.”
  • “Gen Z memang unpredictable, susah ditebak.”

Selain itu, banyak yang menyoroti cara mereka menyampaikan pengunduran diri. Beberapa menilai bahwa menulis surat tangan tanpa mengirimkan lewat email dan tanpa diskusi resmi dengan HRD menunjukkan sikap kurang profesional.

Fenomena Gen Z di Dunia Kerja

Kasus ini menambah daftar panjang cerita tentang Gen Z yang kerap dianggap berbeda dalam memandang dunia kerja. Generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an ini dikenal lebih menekankan keseimbangan hidup (work-life balance), fleksibilitas, dan kenyamanan dibanding generasi sebelumnya.

Beberapa ciri yang sering dilekatkan pada Gen Z di dunia kerja antara lain:

  • Mengutamakan kesehatan mental dan kenyamanan pribadi.
  • Cepat mengambil keputusan jika merasa pekerjaan tidak sesuai ekspektasi.
  • Kurang sabar dengan proses panjang, termasuk menunggu adaptasi di lingkungan baru.
  • Lebih suka pekerjaan dengan fleksibilitas waktu dan lokasi.

Namun, tidak sedikit pihak yang mengkritik sikap tersebut sebagai tanda kurangnya ketahanan dan profesionalisme. Dalam konteks kasus ini, resign hanya karena cuaca dingin dan biaya hidup tinggi dianggap terlalu gegabah.

Antara Profesionalisme dan Hak Individu

Meski banyak yang menilai tindakan dua karyawan Gen Z tersebut tidak profesional, perlu diingat bahwa setiap individu berhak memilih jalannya sendiri dalam dunia kerja. Jika seseorang merasa pekerjaan tidak sesuai dengan kondisi pribadi atau ekspektasi, mengundurkan diri adalah pilihan yang sah.

Namun, cara penyampaian dan alasan yang diberikan tentu akan memengaruhi citra diri di mata perusahaan dan lingkungan kerja. Dalam hal ini, resign mendadak dengan alasan yang dianggap remeh bisa menimbulkan stigma negatif, baik bagi individu maupun generasi yang diwakilinya.

Fenomena dua karyawan Gen Z Malaysia yang resign hanya setelah dua hari kerja kembali membuka perdebatan seputar sikap generasi muda di dunia kerja. Alasan mereka yang sederhana – cuaca dingin dan biaya hidup – dianggap tidak masuk akal oleh banyak pihak.

Kasus ini sekaligus menyoroti perbedaan cara pandang antar-generasi dalam menghadapi tantangan pekerjaan. Bagi sebagian orang, keputusan tersebut mungkin mencerminkan keberanian untuk jujur terhadap diri sendiri. Namun bagi dunia kerja yang menuntut profesionalisme, langkah seperti ini bisa dianggap gegabah, tidak dewasa, dan kurang bertanggung jawab.

Apapun penilaiannya, satu hal jelas: Gen Z adalah generasi yang berani mengambil keputusan cepat, meskipun terkadang mengundang kontroversi.

One thought on “Gen Z Bikin Geger: Baru 2 Hari Kerja, Langsung Cuti dan Resign, Profesional atau Gegabah?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *