IHSG Cetak Rekor Baru di Tengah Shutdown Pemerintah AS, Rupiah Menguat 0,13% dan Investor Asing Masuk Deras

Shutdown

IHSG terus mencetak rekor tertinggi meski terjadi shutdown pemerintah Amerika Serikat. Pelemahan dolar AS membuat rupiah menguat dan menarik minat investor asing ke pasar saham Indonesia. Simak analisis lengkap dampaknya terhadap sektor saham teknologi, infrastruktur, dan ritel.

TradeSphereFx – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencatat rekor tertinggi sepanjang masa meskipun tengah terjadi ketidakpastian global akibat shutdown pemerintah Amerika Serikat. Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup menguat 0,36% ke level 8.169 pada perdagangan Selasa (7 Oktober 2025), setelah sebelumnya juga naik 0,27% ke 8.139 pada Senin (6 Oktober 2025).

Kenaikan beruntun ini mengindikasikan resiliensi pasar saham Indonesia di tengah tekanan global. Menariknya, aliran dana asing terus mengalir masuk dengan net buy asing mencapai Rp2,02 triliun, menunjukkan kepercayaan investor internasional terhadap stabilitas ekonomi domestik.

Shutdown Pemerintah AS dan Dampaknya pada Pasar

Shutdown pemerintah AS dimulai sejak 1 Oktober 2025 karena Kongres gagal menyetujui anggaran baru, mengakibatkan penutupan sementara sebagian lembaga pemerintahan. Kondisi ini melemahkan nilai tukar dolar AS, yang justru menjadi katalis positif bagi mata uang negara berkembang termasuk rupiah.

Menurut Reza Priyambada, Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, pelemahan dolar AS memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia.

“Dengan dolar AS yang melemah, rupiah terapresiasi, dan hal ini biasanya direspons positif oleh pelaku pasar karena memperkuat daya tarik aset berdenominasi rupiah,” ujar Reza.

Rupiah ditutup menguat 0,13% atau 22 poin ke level Rp16.561/USD, melanjutkan tren positif sejak awal pekan. Penguatan rupiah ini diyakini akan meningkatkan aliran modal asing, terutama ke pasar saham dan obligasi pemerintah.

Dampak Positif Bagi Sektor Saham Tertentu

Reza menjelaskan, apresiasi rupiah membawa efek positif pada emiten sektor yang berorientasi impor seperti ritel, teknologi, telekomunikasi, dan IT. Biaya impor yang lebih rendah akan memperbaiki margin laba perusahaan di sektor tersebut.

Pada perdagangan Senin (6/10/2025):

  • Sektor teknologi naik 2,36% ke 11.741,88

  • Sektor bahan baku (basic materials) naik 1,18% ke 2.021,45

  • Sektor infrastruktur menguat 2,01% ke 1.904,07

Kinerja positif ini memperkuat optimisme bahwa IHSG masih memiliki ruang untuk melanjutkan tren penguatan menuju level resistance berikutnya di 8.200.

Sisi Negatif Ketidakpastian Kebijakan Moneter AS

Meski ada sentimen positif, shutdown AS juga menyimpan risiko ketidakpastian. Penutupan pemerintahan dapat menghambat kinerja ekonomi dan pengambilan keputusan moneter seperti penentuan suku bunga acuan The Fed (Fed Fund Rate).

Reza menilai, ketidakpastian ini bisa membuat pelaku pasar lebih berhati-hati, terutama investor global yang cenderung beralih ke aset safe haven seperti emas.

“Jika shutdown berlangsung lama dan The Fed belum memberikan arah kebijakan yang jelas, volatilitas pasar berpotensi meningkat,” ujarnya.

Selain itu, negosiasi tarif perdagangan antara AS dan Indonesia juga ikut tertunda, sehingga berpotensi memengaruhi kinerja ekspor-impor dalam jangka pendek.

Dinamika Global, Respon Investor Domestik

Kondisi global yang tidak stabil justru memperkuat posisi pasar saham domestik sebagai alternatif investasi yang menarik. Investor melihat fundamental ekonomi Indonesia yang masih solid, dengan inflasi terjaga, defisit anggaran terkendali, dan cadangan devisa tinggi.

Kombinasi rupiah yang menguat, aliran modal asing masuk, serta kinerja emiten yang positif membuat IHSG tetap atraktif di mata investor institusional maupun ritel.

Prospek IHSG ke Depan

Dengan momentum penguatan saat ini, analis memproyeksikan IHSG berpeluang menembus level psikologis 8.200 dalam waktu dekat. Penguatan masih akan didorong oleh:

  1. Sektor teknologi dan infrastruktur yang rebound kuat.

  2. Aksi akumulasi investor asing di saham-saham unggulan.

  3. Stabilitas nilai tukar rupiah.

  4. Prospek ekonomi kuartal IV yang lebih positif.

Namun, investor tetap disarankan untuk menerapkan manajemen risiko, mengingat ketidakpastian global masih membayangi.

Strategi Investor

Untuk menghadapi kondisi pasar saat ini, analis menyarankan:

  • Fokus pada saham berfundamental kuat seperti sektor perbankan (BBRI, BMRI) dan infrastruktur (TLKM, JSMR).

  • Memanfaatkan momentum pada saham teknologi dan ritel yang diuntungkan oleh rupiah menguat.

  • Menghindari saham-saham dengan eksposur tinggi terhadap ekspor ke AS, karena potensi perlambatan perdagangan.

Shutdown pemerintah AS yang dimulai awal Oktober 2025 memberikan efek campuran bagi pasar global. Namun, bagi Indonesia, kondisi ini justru menjadi angin segar karena rupiah menguat dan modal asing masuk deras. IHSG berhasil menembus rekor tertinggi all time high (ATH) dan menunjukkan ketahanan pasar modal nasional di tengah gejolak global.

Jika momentum positif ini berlanjut, IHSG berpotensi mencapai 8.200 dalam waktu dekat, didukung oleh sektor teknologi, infrastruktur, dan ritel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *