TradeSphereFx – Pengusaha Indonesia dan Afrika Selatan menjajaki peluang kerja sama perdagangan 2025. Forum bisnis ini bahas hilirisasi mineral, agrikultur, hingga ekonomi digital untuk memperkuat hubungan ekonomi kedua negara.
Latar Belakang Kerja Sama Perdagangan Indonesia-Afrika Selatan
Dalam forum bisnis yang digelar di Shangri-La Hotel, Jakarta, Selasa (21/10/2025), para pengusaha Indonesia dan Afrika Selatan berkumpul untuk memperkuat hubungan ekonomi antarnegara berkembang.
Acara ini menjadi momentum penting untuk memperdalam Kerja Sama Perdagangan Indonesia-Afrika Selatan 2025 yang berbasis saling melengkapi sumber daya dan teknologi.
Menurut Bobby Gafur Umar, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Investasi, Hilirisasi, Energi, dan Lingkungan Hidup, hubungan ekonomi kedua negara telah berdiri di atas fondasi yang kokoh, meski potensinya masih besar untuk dikembangkan.
Nilai Perdagangan RI-Afrika Selatan Terus Tumbuh
Berdasarkan data tahun 2024, nilai perdagangan bilateral Indonesia-Afrika Selatan mencapai US$ 1,6 miliar.
- Ekspor Indonesia ke Afrika Selatan: US$ 784 juta
- Ekspor Afrika Selatan ke Indonesia: US$ 379 juta
Bobby menilai angka ini bisa meningkat pesat melalui proyek bersama yang menyasar sektor strategis seperti hilirisasi mineral, agrikultur, dan logistik maritim.
“Potensinya masih besar. Basis yang terdiversifikasi ini menyediakan platform kuat untuk meningkatkan investasi dan produksi,” ujar Bobby Gafur Umar.
Peluang Kemitraan di Lima Sektor Strategis
Dalam forum Kerja Sama Perdagangan Indonesia-Afrika Selatan 2025, Kadin Indonesia menyoroti lima sektor unggulan yang menjadi fokus pengembangan bersama:
- Industri hilir dan mineral kritis
- Transisi energi dan lingkungan hidup
- Logistik serta infrastruktur maritim
- Pengolahan hasil pertanian dan ketahanan pangan
- Ekonomi digital dan inovasi
Kelima bidang ini diharapkan dapat menjadi landasan untuk menciptakan kemitraan jangka panjang melalui joint venture, transfer teknologi, serta pertukaran sumber daya manusia (SDM).
Peningkatan Kerja Sama Hilirisasi dan Energi Bersih
Menurut Pahala Mansury, Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan dan Perjanjian Luar Negeri Kadin Indonesia, kerja sama dengan Afrika Selatan sangat penting untuk pengembangan rantai pasok global di sektor mineral kritis.
Indonesia memiliki cadangan besar nikel dan kobalt, sedangkan Afrika Selatan dikenal dengan kekayaan mangan — bahan utama dalam pembuatan baterai listrik dan energi terbarukan.
“Hilirisasi mineral kritis merupakan kesempatan emas untuk memperkuat ketahanan industri kedua negara,” ujar Pahala.
Kedua pihak sepakat bahwa kolaborasi ini dapat mempercepat transisi menuju ekonomi hijau serta meningkatkan nilai ekspor dan investasi di sektor energi bersih.
Potensi Pertanian dan Ketahanan Pangan
Bidang agrikultur dan ketahanan pangan juga menjadi fokus utama dalam Kerja Sama Perdagangan Indonesia-Afrika Selatan 2025.
Afrika Selatan saat ini menjadi pengimpor minyak kelapa sawit (CPO) dalam jumlah besar dari Indonesia.
Sebaliknya, Indonesia berpeluang mengimpor daging sapi dari Afrika Selatan, yang memiliki populasi lebih dari 13 juta ekor sapi.
“Indonesia setiap tahun mengimpor sekitar 1,2 juta ekor sapi. Ini peluang membangun rantai pasok pangan yang lebih kuat dan saling menguntungkan,” kata Pahala Mansury.
Dengan sinergi tersebut, kedua negara dapat memperkuat ketahanan pangan regional dan memperluas peluang investasi di sektor pengolahan hasil pertanian.
Kolaborasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Manufaktur
Selain sektor pertanian dan mineral, kerja sama manufaktur dan KEK menjadi pilar penting dalam forum ini.
Indonesia mempromosikan 19 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), termasuk KEK Bali yang fokus pada medical tourism dan ekspor jasa kesehatan.
Afrika Selatan juga berencana mengembangkan 11 KEK baru sebagai sentra produksi dan distribusi komoditas unggulan.
Kolaborasi antar-KEK ini diyakini dapat memperkuat rantai pasok industri, meningkatkan nilai tambah, dan membuka lapangan kerja baru.
Forum Kerja Sama Perdagangan Indonesia-Afrika Selatan 2025 menjadi langkah konkret untuk memperkuat hubungan ekonomi antarnegara berkembang di kawasan selatan-selatan.
Kolaborasi ini tidak hanya soal perdagangan, tetapi juga strategi jangka panjang menuju kemandirian industri hijau dan digitalisasi ekonomi.
Dengan dukungan Kadin Indonesia, pemerintah, dan sektor swasta, peluang investasi lintas sektor diharapkan melahirkan perjanjian dagang yang nyata — mulai dari hilirisasi mineral, pertanian, energi, hingga KEK.
“Kerja sama perdagangan ini bukan sekadar transaksi, tapi langkah menuju kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan,” tegas Bobby Gafur Umar.