Pinjol Naik Tajam Menjelang Tahun Ajaran Baru, Biaya Pendidikan Jadi Pemicu Utama

Pinjol

Menjelang tahun ajaran baru, penyaluran pinjaman online (Pinjol)  di Indonesia melonjak tajam. Data OJK ungkap tren musiman ini terkait lonjakan biaya pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi.

TradeSphereFx – Menjelang dimulainya tahun ajaran baru, kebutuhan dana masyarakat Indonesia tampaknya meningkat signifikan, terutama untuk membiayai pendidikan anak. Hal ini tercermin dari lonjakan penyaluran pembiayaan oleh industri pinjaman online (pinjol), sebagaimana diungkapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Menurut Kepala Eksekutif Pengawasan Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, Agusman, data historis menunjukkan adanya siklus musiman pada bulan Mei — periode menjelang masuknya tahun ajaran baru.

“Berdasarkan data historis, pada bulan Mei biasanya terjadi peningkatan penyaluran pembiayaan dibanding bulan sebelumnya,” jelasnya dalam keterangan tertulis, Rabu (6/8/2025).

Kenaikan Penyaluran Pinjol Capai Rp28,68 Triliun

Pada Mei 2025, penyaluran pembiayaan baru meningkat 9,38% secara month-to-month (mtm) menjadi Rp28,68 triliun. Kenaikan ini melanjutkan tren tahun sebelumnya, di mana pada Mei 2024 penyaluran juga melonjak 15,69% mtm hingga Rp25,08 triliun.

Pola ini menunjukkan adanya kebutuhan dana tambahan dari masyarakat yang sering kali dikaitkan dengan biaya masuk sekolah, pembelian perlengkapan pendidikan, hingga pembayaran uang pangkal. Agusman menegaskan, fenomena ini tidak hanya terjadi tahun ini, tetapi sudah berulang setiap menjelang tahun ajaran baru.

Perbaikan Kredit Macet di Tengah Lonjakan Pinjaman

Menariknya, peningkatan pembiayaan ini justru diiringi perbaikan kualitas kredit. Tingkat Wanprestasi 90 Hari (TWP90) — indikator kredit macet di sektor pinjol — turun menjadi 2,85% per Juni 2025, dari 3,19% pada Mei 2025.

Perbaikan ini mengindikasikan bahwa meski kebutuhan dana meningkat, kemampuan bayar masyarakat masih terjaga. Faktor ini mungkin didukung oleh periode gaji tahunan atau tunjangan pendidikan dari perusahaan yang membantu masyarakat melunasi kewajibannya.

Biaya Pendidikan Melesat: Papua Barat Jadi yang Termahal

Lonjakan pinjaman online jelang tahun ajaran baru tak lepas dari terus meningkatnya biaya pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Survei Sosial Budaya dan Pendidikan (Susenas MSBP) 2024, provinsi dengan biaya pendidikan tertinggi secara mengejutkan bukan Jakarta, melainkan Papua Barat.

Rata-rata total biaya pendidikan di Papua Barat mencapai Rp16,83 juta per peserta didik. Posisi kedua ditempati Papua dengan Rp15,62 juta, sedangkan Jakarta berada di urutan ketiga.

Uang Saku Jadi Komponen Terbesar Biaya Pendidikan

Salah satu temuan menarik dari survei tersebut adalah tingginya porsi uang saku dalam komponen biaya pendidikan. Di jenjang pendidikan dasar, uang saku bisa menyedot hingga 55% dari total pengeluaran pendidikan. Setelah itu, pengeluaran terbesar berikutnya adalah baju sekolah dan transportasi.

Kenaikan jenjang pendidikan juga berarti kenaikan biaya. Data menunjukkan:

  • Siswa SD: rata-rata mengeluarkan Rp4,56 juta per tahun.
  • Siswa SMA: biaya naik menjadi Rp10,19 juta per tahun.
  • Mahasiswa: pengeluaran tahunan melonjak hingga Rp19,01 juta, termasuk SPP/UKT dan biaya hidup.

Pola ini menunjukkan bahwa kebutuhan pembiayaan tidak hanya terjadi di awal tahun ajaran, tetapi juga berlanjut sepanjang tahun, terutama untuk pendidikan tinggi.

Pinjol Jadi Jalan Pintas, Tapi Berisiko

Peningkatan penggunaan pinjol jelang tahun ajaran baru menunjukkan bahwa masyarakat memanfaatkan pembiayaan daring sebagai solusi cepat memenuhi kebutuhan pendidikan. Proses pencairan yang singkat dan persyaratan yang relatif mudah membuat pinjol menjadi pilihan, terutama bagi keluarga yang tidak memiliki tabungan pendidikan.

Namun, solusi instan ini juga memiliki risiko. Tingkat bunga yang lebih tinggi dibandingkan kredit perbankan konvensional bisa menjadi beban berat jika tidak dikelola dengan bijak. Selain itu, penggunaan pinjol untuk biaya pendidikan bisa menjadi indikasi lemahnya perencanaan keuangan rumah tangga.

Tantangan bagi Pemerintah dan Masyarakat

Fenomena meningkatnya pinjaman online untuk biaya pendidikan menggarisbawahi dua tantangan utama:

  1. Kenaikan biaya pendidikan yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan pendapatan rata-rata masyarakat.
  2. Keterbatasan akses pembiayaan terjangkau, terutama bagi keluarga berpenghasilan menengah ke bawah.

Pemerintah telah memiliki beberapa program beasiswa dan bantuan, tetapi jangkauannya masih terbatas. Sementara itu, sektor swasta, termasuk lembaga keuangan, memiliki peluang untuk menawarkan produk pembiayaan pendidikan dengan bunga rendah dan tenor panjang, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada pinjol berisiko tinggi.

Pinjol, Pendidikan, dan Siklus Tahunan

Data OJK membuktikan adanya siklus tahunan di mana penyaluran pinjaman online melonjak pada bulan Mei, bertepatan dengan persiapan tahun ajaran baru. Lonjakan ini dipicu oleh tingginya biaya pendidikan yang tidak hanya mencakup uang pangkal dan SPP, tetapi juga biaya pendukung seperti uang saku, transportasi, dan perlengkapan sekolah.

Meski kualitas kredit pinjol menunjukkan perbaikan, fenomena ini menjadi pengingat penting bahwa pendidikan masih menjadi beban berat bagi banyak keluarga di Indonesia. Perlu kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan sektor keuangan untuk menciptakan solusi pembiayaan yang lebih terjangkau, sehingga akses pendidikan yang layak tidak selalu identik dengan utang berisiko tinggi.

One thought on “Pinjol Naik Tajam Menjelang Tahun Ajaran Baru, Biaya Pendidikan Jadi Pemicu Utama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *