Rupiah Menguat 0,05%, Sentimen Data Tenaga Kerja AS Dongkrak Mata Uang Asia

meng

Rupiah menguat tipis ke Rp16.667 per dolar AS, didorong pelemahan dolar setelah data klaim pengangguran AS. Simak analisis dan proyeksi pergerakannya.

TradeSphereFx – Nilai tukar rupiah membuka perdagangan Jumat (12/12/2025) dengan penguatan tipis seiring sentimen positif dari rilis data tenaga kerja Amerika Serikat. Pada pembukaan, rupiah bergerak di level Rp 16.667 per dolar AS, naik 0,05 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.676 per dolar AS. Meskipun penguatan ini tergolong kecil, pergerakan rupiah tetap menunjukkan adanya ruang apresiasi di tengah volatilitas global.

Penguatan rupiah terjadi bersamaan dengan apresiasi beberapa mata uang Asia lainnya. Kondisi ini menandakan bahwa sentimen eksternal, khususnya pelemahan dolar AS, menjadi faktor pendorong utama bagi pasar valuta kawasan. Para pelaku pasar kini menilai ekspektasi terhadap kebijakan moneter The Fed semakin berubah setelah data ekonomi AS menunjukkan perlambatan.

Mata Uang Asia Bergerak Beragam

Penguatan Dipimpin Taiwan Dollar

Dalam pembukaan perdagangan Asia, beberapa mata uang regional turut mengalami penguatan. Taiwan dollar memimpin dengan apresiasi sebesar 0,14 persen. Ringgit Malaysia berada di posisi berikutnya dengan kenaikan 0,10 persen, diikuti dollar Singapura yang menguat 0,06 persen. Rupiah juga berada dalam kelompok mata uang yang terapresiasi bersama won Korea Selatan yang menguat tipis 0,01 persen serta yuan China yang naik 0,004 persen.

Pergerakan kompak sejumlah mata uang Asia ini mengindikasikan bahwa pelemahan dolar AS menjadi faktor utama yang memengaruhi sentimen pasar. Ketidakpastian mengenai prospek ekonomi AS mendorong investor mencari alternatif aset di kawasan Asia, termasuk mata uang negara berkembang seperti rupiah.

Mata Uang Asia Lain Justru Melemah

Namun tidak semua mata uang Asia ikut menguat. Peso Filipina memimpin pelemahan dengan turun 0,20 persen. Baht Thailand melemah 0,05 persen, begitu pula yen Jepang yang terkoreksi 0,05 persen. Adapun dollar Hong Kong menyusut 0,01 persen terhadap dolar AS.

Pergerakan yang tidak seragam ini mencerminkan bahwa sentimen pasar masih bercampur, terutama karena adanya perbedaan kondisi ekonomi domestik di tiap negara serta faktor kebijakan moneter masing-masing bank sentral.

Faktor Pendorong: Data Klaim Pengangguran AS Mengecewakan

Dampak Data Tenaga Kerja AS terhadap Dolar

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyampaikan bahwa pelemahan dolar AS yang cukup signifikan dipicu oleh rilis data klaim pengangguran AS yang jauh lebih lemah dari perkiraan pasar. Data tersebut menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja AS tidak sekuat sebelumnya, sehingga memunculkan kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi.

Melemahnya data tenaga kerja biasanya meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed mungkin akan mengambil langkah yang lebih akomodatif, termasuk kemungkinan pemangkasan suku bunga di masa mendatang. Dalam kondisi seperti ini, dolar AS cenderung tertekan sehingga memberi ruang bagi penguatan mata uang negara lain, terutama di kawasan Asia.

Rupiah Mendapat Ruang Apresiasi

Menurut Lukman Leong, kondisi tersebut membuka peluang bagi rupiah untuk melanjutkan tren penguatan. Dengan pelemahan dolar yang cukup besar, investor memiliki kecenderungan masuk ke aset berisiko lebih tinggi termasuk mata uang emerging market seperti rupiah.

“Data tenaga kerja yang mengecewakan tersebut menekan dolar AS dan membuka ruang penguatan bagi mata uang Asia, termasuk rupiah,” ujarnya.

Sentimen ini turut menjadi modal bagi pelaku pasar untuk menempatkan rupiah pada posisi yang lebih kuat, meskipun masih ada faktor risiko eksternal lain seperti ketidakpastian geopolitik dan fluktuasi harga komoditas.

Proyeksi Pergerakan Rupiah Hari Ini

Rentang Perdagangan Rp 16.600–Rp 16.700 per Dolar AS

Lukman memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.600 hingga Rp 16.700 per dolar AS sepanjang perdagangan hari ini. Menurutnya, ruang penguatan rupiah masih terbuka selama tekanan terhadap dolar AS berlanjut.

Ia menegaskan bahwa pelemahan dolar yang cukup besar setelah rilis data klaim pengangguran menjadi faktor dominan yang mendorong prospek rupiah. Dengan kondisi tersebut, investor domestik maupun asing cenderung lebih optimistis terhadap pergerakan mata uang Indonesia dalam jangka pendek.

Analisis Tambahan: Apa yang Perlu Diperhatikan Pasar?

Ekspektasi Pasar Terhadap Kebijakan The Fed

Pasar kini mulai merancang ekspektasi baru mengenai kebijakan The Fed dalam beberapa bulan ke depan. Jika data ekonomi AS terus menunjukkan perlambatan, peluang pemangkasan suku bunga bisa semakin besar. Hal ini akan memberikan tekanan lebih lanjut terhadap dolar AS dan membuka peluang lebih luas bagi penguatan mata uang negara berkembang.

Faktor Domestik Tetap Berperan

Meski sentimen eksternal menjadi penggerak utama, faktor domestik tetap perlu diperhatikan. Stabilitas inflasi, kinerja neraca perdagangan, serta kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar akan menentukan arah rupiah jangka menengah.

Jika BI mampu menjaga likuiditas dan melakukan intervensi terukur, volatilitas rupiah dapat ditekan sehingga memperkuat kepercayaan investor.

Rupiah menguat tipis ke level Rp 16.667 per dolar AS, ditopang oleh pelemahan dolar AS setelah rilis data klaim pengangguran yang mengecewakan. Sejumlah mata uang Asia ikut terapresiasi, mencerminkan sentimen positif di kawasan. Dengan rentang pergerakan yang diproyeksikan pada Rp 16.600–Rp 16.700, prospek rupiah masih cukup solid meskipun tetap menghadapi risiko global yang dinamis.

One thought on “Rupiah Menguat 0,05%, Sentimen Data Tenaga Kerja AS Dongkrak Mata Uang Asia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *