Surplus Dagang RI Rilis Desember 2025: Sentuh US$ 2,4 M

Surplus

BPS merilis data neraca dagang Desember 2025 dengan surplus US$ 2,4 miliar. Berikut ringkasannya.

TradeSphereFx – Pada Oktober 2025, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Neraca Dagang RI Surplus 2025 sebesar US$ 2,4 miliar. Surplus ini terbentuk dari nilai ekspor yang mencapai US$ 24,24 miliar, lebih tinggi dibandingkan impor sebesar US$ 21,84 miliar. Meski masih mencatatkan surplus yang solid, angkanya menurun cukup signifikan dibandingkan bulan sebelumnya, dan lebih rendah dibandingkan perkiraan pasar.

Polling ekonom memperkirakan surplus berada di kisaran US$ 3,69 miliar, sehingga realisasi Oktober 2025 berada di bawah ekspektasi. Hal ini menunjukkan adanya tekanan pada sektor ekspor dan peningkatan kebutuhan impor, terutama menjelang akhir tahun ketika industri mulai melakukan restocking dan konsumsi energi meningkat.

Surplus yang lebih kecil ini tetap menjadi bagian dari tren positif Indonesia yang sudah mempertahankan surplus neraca dagang selama 66 bulan berturut-turut. Dengan demikian, meskipun terjadi penyempitan, kondisi ini belum menunjukkan ancaman langsung terhadap stabilitas ekonomi, namun tetap perlu menjadi perhatian.

Perbandingan Surplus Oktober vs September 2025

Pada September 2025, Indonesia membukukan surplus sebesar US$ 4,34 miliar. Artinya, surplus Oktober menyempit lebih dari 44% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini cukup tajam dan banyak dipengaruhi oleh perubahan dinamika perdagangan global, terutama pergerakan harga komoditas unggulan Indonesia.

Tiga faktor utama penyebab penyempitan surplus adalah:

  1. Melemahnya ekspor komoditas unggulan, terutama komoditas energi dan mineral.
  2. Meningkatnya impor menjelang akhir tahun, yang menjadi pola musiman karena industri cenderung melakukan pengisian ulang bahan baku dan barang modal.
  3. Koreksi harga global pada komoditas utama, termasuk batu bara dan nikel yang menjadi penyumbang ekspor terbesar Indonesia.

Indonesia masih bergantung pada ekspor berbasis komoditas, sehingga perubahan harga global secara langsung memengaruhi nilai ekspor. Ketika harga komoditas mengalami koreksi, nilai ekspor turun meskipun volumenya mungkin tetap stabil. Karena itu, penyempitan surplus Oktober 2025 merupakan cerminan dari sensitivitas ekspor Indonesia terhadap pergerakan harga global.

Analisis Ekspor: Komoditas Melemah di Tengah Penurunan Harga Global

Ekspor Indonesia pada Oktober 2025 masih ditopang sejumlah sektor utama seperti batu bara, besi dan baja, nikel beserta turunannya, serta produk sawit. Namun, beberapa komoditas menghadapi tekanan harga yang cukup kuat akibat melemahnya permintaan global.

Batu bara mengalami penurunan harga seiring melandainya konsumsi energi di beberapa negara besar dan meningkatnya penggunaan energi terbarukan. Sementara itu, harga nikel juga mengalami koreksi tajam karena persaingan suplai dari negara lain dan meningkatnya produksi global.

Penurunan harga komoditas menyebabkan beberapa dampak:

  • Nilai ekspor menurun meski volume tidak berubah
  • Pendapatan devisa berkurang
  • Kontribusi sektor tambang terhadap total ekspor melemah

Selain itu, permintaan dari dua pasar utama—Tiongkok dan India—juga menunjukkan pelemahan, terutama pada produk energi dan komoditas mentah. Kondisi ini menunjukkan bahwa ekspor Indonesia masih dibayangi ketidakpastian hingga akhir tahun.

Analisis Impor: Kebutuhan Industri & Energi Meningkat

Kenaikan impor pada Oktober 2025 terutama disumbang oleh:

  • Barang modal, termasuk mesin dan alat produksi
  • Bahan baku dan penolong untuk industri manufaktur
  • Migas, seiring meningkatnya konsumsi jelang Natal dan Tahun Baru

Pola ini memang sering terjadi pada kuartal terakhir setiap tahun, ketika kebutuhan industri mulai meningkat sebagai persiapan produksi awal tahun berikutnya. Restocking menjadi salah satu pendorong utama naiknya angka impor. Selain itu, permintaan energi di dalam negeri juga meningkat, sehingga impor migas turut melonjak.

Kombinasi antara ekspor yang melemah dan impor yang menguat otomatis menekan surplus neraca dagang. Meski demikian, peningkatan impor barang modal dan bahan baku sebenarnya dapat mencerminkan kegiatan industri yang tetap aktif atau bahkan meningkat, sehingga dampaknya tidak seluruhnya negatif.

Pandangan Ekonom Bank Mandiri

Ekonom OCE Bank Mandiri menilai penyempitan surplus pada Oktober 2025 masih berada dalam batas wajar dan tidak menunjukkan tanda perlambatan ekonomi yang mengkhawatirkan. Mereka menilai bahwa peningkatan impor merupakan sinyal bahwa aktivitas industri dalam negeri tetap kuat.

Dalam pandangan mereka:

  • Ekspor masih rentan terhadap fluktuasi harga global.
  • Impor barang modal serta migas meningkat karena kebutuhan industri dan faktor musiman.
  • Permintaan domestik mulai menguat menjelang akhir tahun.

Mereka menegaskan bahwa penyempitan surplus ini merupakan bagian dari siklus tahunan serta dampak dari kondisi global yang menekan sektor komoditas.

Dampak ke Ekonomi Makro & Outlook 2026

Jika harga komoditas global tidak mengalami pemulihan dalam waktu dekat, maka surplus neraca dagang kemungkinan tetap menurun hingga Desember 2025. Meski demikian, dampaknya terhadap ekonomi makro masih relatif terukur.

Beberapa potensi dampak jangka pendek meliputi:

  • Tekanan pada nilai tukar rupiah, terutama jika surplus terus melemah
  • Perlunya diversifikasi ekspor, terutama ke sektor manufaktur bernilai tambah tinggi
  • Perluasan defisit migas, jika konsumsi energi meningkat tanpa diimbangi produksi domestik

Namun, dalam jangka panjang, Indonesia memiliki peluang memperkuat struktur ekspornya melalui hilirisasi nikel, peningkatan ekspor manufaktur, serta percepatan transisi energi untuk mengurangi impor migas. Selama konsumsi domestik tetap kuat dan diversifikasi ekspor berjalan, prospek ekonomi Indonesia pada 2026 diperkirakan tetap stabil.

Surplus neraca dagang Oktober 2025 sebesar US$ 2,4 miliar menunjukkan bahwa Indonesia masih mempertahankan kinerja perdagangan yang positif meskipun menghadapi tekanan global. Penyempitan surplus ini terutama dipengaruhi oleh pelemahan harga komoditas dan meningkatnya impor musiman. Namun, outlook 2026 tetap stabil apabila hilirisasi berjalan efektif dan diversifikasi ekspor semakin diperkuat.

One thought on “Surplus Dagang RI Rilis Desember 2025: Sentuh US$ 2,4 M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *