Premi Asuransi Jiwa Melemah, Rendahnya Kesadaran Nasabah Jadi Masalah Utama

Nasabah

Premi asuransi jiwa Indonesia turun di tengah rendahnya kesadaran dan edukasi nasabah. Simak strategi perusahaan untuk bangkit di tengah tekanan ekonomi makro dan transformasi digital.

TradeSphereFx –  Industri asuransi jiwa Indonesia sedang menghadapi tantangan besar yang menghambat pertumbuhan premi dan penetrasi pasar. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025 mencatat bahwa total premi asuransi jiwa hanya mencapai Rp87,48 triliun, mengalami penurunan sebesar 0,57% secara tahunan (Year-on-Year/YoY). Di balik angka tersebut, tersembunyi akar masalah serius: rendahnya tingkat kesadaran dan edukasi masyarakat terhadap pentingnya perlindungan asuransi jiwa.

Menurut Hasinah Jusuf, Direktur Allianz Life Indonesia, salah satu tantangan paling mendasar adalah minimnya pemahaman konsumen tentang produk asuransi jiwa. Hal ini membuat penetrasi pasar masih jauh dari optimal. “Tingkat literasi keuangan yang rendah menjadi penghambat utama bagi pertumbuhan industri. Banyak masyarakat masih memandang asuransi sebagai beban, bukan perlindungan,” ungkap Hasinah.

Perubahan Perilaku Nasabah: Tantangan Baru di Era Digital

Tak hanya soal edukasi, perubahan perilaku dan ekspektasi nasabah juga turut menambah tantangan bagi pelaku industri. Di era digital yang serba cepat ini, konsumen menuntut pengalaman yang lebih personal, praktis, dan transparan. Hal ini mendorong perusahaan asuransi untuk terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan dinamika pasar yang berubah.

“Kami harus bisa memahami perubahan tren dan kebutuhan masyarakat agar produk yang ditawarkan benar-benar relevan. Tidak cukup hanya menjual polis, tapi juga menghadirkan solusi yang menyentuh kehidupan mereka,” tambah Hasinah.

Tekanan Ekonomi Makro dan Daya Beli Melemah

Selain tantangan internal, kondisi ekonomi makro nasional juga memberikan tekanan signifikan. Perlambatan ekonomi yang terjadi membuat daya beli masyarakat menurun, terutama di segmen kelas menengah. Akibatnya, pembelian produk asuransi ikut terhambat.

“Situasi ekonomi saat ini memaksa masyarakat untuk memprioritaskan pengeluaran pokok, dan sayangnya, asuransi sering kali bukan salah satunya,” kata Dedy Kristianto, seorang pengamat asuransi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang di bawah ekspektasi turut berdampak pada penurunan minat masyarakat dalam membeli atau melanjutkan premi asuransi.

Selain itu, fluktuasi pasar juga berdampak pada kinerja investasi perusahaan asuransi yang selama ini menjadi sumber pendapatan tambahan bagi pelaku industri.

Solusi Edukasi, Inovasi, dan Transformasi Digital

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Hasinah menekankan perlunya pendekatan menyeluruh yang mencakup edukasi masyarakat, inovasi produk, dan digitalisasi layanan. Edukasi yang berkelanjutan sangat penting untuk membangun kesadaran bahwa asuransi bukan hanya alat finansial, melainkan instrumen perlindungan jangka panjang.

“Allianz Life misalnya, terus mengembangkan produk yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah modern, serta mengoptimalkan saluran digital untuk membuat layanan lebih cepat dan transparan,” jelasnya.

Hasinah juga menyoroti pentingnya penguatan saluran distribusi dan pengalaman nasabah sebagai kunci untuk mempertahankan loyalitas dan memperluas pasar. “Nasabah saat ini ingin dilayani dengan cepat dan tepat. Kita harus membangun hubungan jangka panjang yang berlandaskan kepercayaan.”

Tak kalah penting, perusahaan juga harus mampu melakukan pengelolaan risiko investasi yang adaptif, untuk menjaga imbal hasil tetap stabil di tengah ketidakpastian pasar global.

Sinar Cerah di Tengah Awan Kelabu

Meski industri menghadapi banyak tekanan, beberapa pelaku pasar masih mencatatkan kinerja positif. Allianz Life, misalnya, berhasil membukukan pertumbuhan premi sebesar 4% YoY hingga Juni 2025, setara dengan Rp8,2 triliun. Capaian ini didorong oleh penguatan jaringan bisnis serta penetrasi pasar yang semakin luas.

“Kami melihat peluang besar di segmen milenial dan Gen Z yang mulai sadar akan pentingnya perencanaan keuangan. Dengan pendekatan digital dan edukatif, kami bisa menjangkau mereka lebih efektif,” terang Hasinah.

Saatnya Industri Bangkit Lewat Strategi Baru

Industri asuransi jiwa Indonesia tengah berada di persimpangan penting. Di satu sisi, potensi pertumbuhan masih sangat besar mengingat rendahnya penetrasi saat ini. Namun di sisi lain, tantangan seperti minimnya literasi finansial, tekanan ekonomi, serta perubahan perilaku konsumen tak bisa diabaikan.

Untuk itu, dibutuhkan kolaborasi antara regulator, perusahaan asuransi, dan masyarakat untuk membangun ekosistem yang sehat dan berkelanjutan. Edukasi yang masif, transformasi digital yang agresif, serta pengembangan produk yang relevan menjadi tiga kunci utama agar industri ini bisa kembali tumbuh secara berkelanjutan.

One thought on “Premi Asuransi Jiwa Melemah, Rendahnya Kesadaran Nasabah Jadi Masalah Utama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *